Selasa, 30 Juli 2013

Backpacker dari Bali ke Pulau Sempu



Writted by : Lanang

Salam satu ransel kawan2 backpacker se-Indonesia. Catatan perjalanan kami kali ini berisi tentang perjalanan ke Pulau Sempu yang terletak di Kabupaten Malang Selatan, Jawa Timur. Semoga catatan2 perjalanan kami dapat memberikan pengetahuan bagi kalian yang akan backpacker dari Indonesia bagian timur menuju ke Pulau Jawa.
Setelah perjalanan sebelumnya ke Bromo sebulan kemudian kami kembali ke Pulau Jawa, tepatnya Jawa Timur untuk menuju ke Pulau Sempu yang tepatnya terletak di Kawasan Pantai Sendang Biru, Malang Selatan. Sebenarnya untuk menekan budget seharusnya dari Bromo kami langsung melanjutkan perjalanan ke Malang karena kedua tempat tersebut masih berada di provinsi yang sama. Jadi kita bisa menekan budget transport lagi untuk tidak bolak-balik Jawa-Bali.  Tapi karena masalah waktu akibat kesibukan kami maka rencana untuk ke Pulau Sempu kami lanjutkan sebulan kemudian, tepatnya akhir bulan Juli 2013.

Day-1 (Jumat 26 Juli 2013)
Setelah menyusun rencana matang2 malam itu kami berangkat dari terminal Ubung Denpasar. Kami menyepakati meeting point di depan pos Polisi terminal  jam 22.00 Wita untuk menghindari serbuan calo terminal yang seperti piranha :D. Pada perjalanan kali ini kami hanya berangkat berdua (saya dan Yudi’). Setelah masuk ke Bus Jurusan Denpasar-Gilimanuk dan menunggu bus ngetem sekitar 20 menit kami langsung berangkat menuju ke Pelabuhan Gilimanuk.  Ongkosnya Rp.30.000

Day-2 (Sabtu, 27 Juli 2013)
Pukul 2 Wita dinihari kami tiba di Pelabuhan Gilimanuk. Kami langsung menuju loket di bagian utara pelabuhan. Harga tiket menyebrang menggunakan kapal Ferry Rp.6.500. Untuk menyebrang ke Pelabuhan Ketapang, Jawa Timur membutuhan waktu sekitar 45 menit jika cuaca bagus dan arus laut tidak begitu keras. Tapi saat kami menyebrang kali ini cuaca gerimis dan arus laut lumayan keras mengguncang kapal yang kami tumpangi.
Setelah sekitar 1 jam lebih kami terombang-ambing di laut akhirnya  pukul 2 Wib dinihari kapal berlabuh di Ketapang. Kami langsung keluar Pelabuhan mencari warung untuk makan.  Setelah makan kami langsung menuju ke Stasiun Banyuwangi Baru yang letaknya tidak jauh dari Pelabuhan Ketapang., tepatnya saat keluar dari area Pelabuhan kita langsung belok kanan. Setelah melewati jembatan akan terlihat papan nama Stasiun Banyuwangi Baru di kiri jalan. Tapi saat kami sampai disana ternyata loket belum buka karena kami datang terlalu Subuh. Loket baru buka Pukul 4 Wib dinihari.
Agar lebih cepat sampai ke Malang kami kembali ke area luar Pelabuhan mencari angkot di depan ornament nama Pelabuhan untuk menuju ke Terminal Sri Tanjung yang letaknya di bagian utara Pelabuhan. Letaknya lumayan jauh dari Pelabuhan. Tapi sayangnya supir angkotnya menolak karena hanya 2 penumpang, yaitu kami berdua saja. Saat itu juga tidak ada tukang ojek di sekitar sana, yang ada hanya tukang becak. Mau tidak mau kami putuskan naik becak ke terminal Sri Tanjung.
Setelah becak berjalan perlahan menyusuri jalan raya yang sepi Kira2 Pukul 3 Wib dinihari kami akhirnya sampai di Terminal Sri Tanjung. Ternyata tidak ada Bus yang menuju ke Malang, yang ada hanya 1 bus yang menuju ke Surabaya. Akhirnya kami putuskan untuk gambling menunggu loket di Stasiun Banyuwangi Baru buka untuk mendapatkan tiket ke Malang. Sementara tukang becak yang barusan mengantar kami sudah pergi jauh. Kami akhirnya dengan terpaksa berjalan cepat menuju kembali ke Stasiun sambil menunggu Angkot lewat atau mobil pick up tanpa muatan untuk ditumpangi. Tapi sampai kami tiba di Stasiun tidak ada Angkot ataupun Pick up yang lewat. Saat itu tepat waktu Sahur saat kami tiba di Stasiun. Kami tiba pukul 4 Wib kurang.  Disana sudah mulai rame calon penumpang yang menunggu loket buka. Akirnya setelah menunggu sekitar 30 menit loket akhirnya buka. Kami langsung ke loket untuk memesan tiket KA Tawang Alun jurusan Malang Kotabaru. Untungnya masih ada bangku kosong saat kami memesannya. Kami langsung membeli tiket untuk pulang besok karena takut kehabisan seperti pada saat kami di Probolinggo sebelumnya. Harga tiketnya Rp 50.000 tarif jauh dekat sekali jalan. Setelah menunggu sampai pukul 5.15 Wib akhirnya kami dipersilahkan masuk ke gerbong karena kereta segera berangkat. Kereta ini lumayan bagus walaupun statusnya Kereta Ekonomi. Gerbongnya bersih dan di dalam dipasang AC. Setelah menempuh perjalanan dan singgah di beberapa Stasiun kecil akhirnya KA Tawang Alun tiba di Stasiun Malang Kotabaru pada pukul 13.10 Wib, telat 5 menit dari jadwal tiba. Kereta KA Tawang Alun benar2 recommended untuk perjalanan kami kali ini.
Untuk menuju ke Pulau Sempu kami harus melewati rute Stasiun-Terminal Arjosari-Terminal Gadang-Pasar Turen-Pantai Sendang Biru. Kami keluar Stasiun mecari angkot menuju Termial Arjosari, tapi Pak Sopir angkot mengatakan kita bisa langsung ke Terminal Gadang. Saat itu kami langsung berangkat tanpa ngetem karena penumpang sudah penuh. Tarif angkot ke Terminal Gadang Rp.5.000 per orang.  Untuk barang besar dikenakan tambahan Rp.5.000. Setelah tiba di Terminal Gadang kami masuk ke Bus dengan jurusan Malang-Dampit yang nanti akan menurunkan kami di Pasar Turen. Tarifnya Rp.7.000.
Setelah diturunkan di depan Pasar Turen sekitar pukul 15.00 Wib kami langsung masuk ke Angkot jurusan Turen-Sendang Biru. Disinilah masalah muncul. Setelah menunggu cukup lama angkot tidak berangkat juga padahal penumpang sudah cukup banyak. Ternyata ujung2nya kami disuruh mencarter setelah kami mengancam akan naik ojek saja dengan tarif 50 ribu sampai di Sendang Biru. Akhirnya sopir angkot menyuruh kami membayar Rp. 50.000 untuk 1 orang dan kami mengiyakan agar tidak sampai Maghrib di Sendang Biru, karena lewat pukul 17.00 katanya tidak dapat izin untuk masuk ke Pulau Sempu dari Sendang Biru. Yang membuat kami makin kesal adalah ternyata si Sopir menunggu beberapa saat lagi untuk menambah 2 penumpang lagi. Sekitar pukul 17.30 Wib kami khirnya tiba di Pos izin di Sendang Biru setelah diajak berputar2 memasuki perkampungan oleh si Sopir Angkot sialan. Kami lah penumpang terakhir yang turun dan selama penumpang lain selain kami berdua turun mereka dikenakan tariff normal Rp. 12.000. Sebegitu rasisnya si Sopir angkot ini karena tahu kami dari Bali (mungkin didengar dari logat kami yang kental)  dan dikira turis dengan uang yang banyak.
Hal yang kami takutkan sebelum2nya menjadi kenyataan. Kami tidak mendapat izin menyebrang dari bapak yang bertugas di Pos Izin karena factor keamanan. Setelah kami sedikit memelas dan mnceritakan pengalaman kami barusan akhirnya Bapak penjaga pos izin memberikan jalan tengah. Kami ditawarkan untuk menggunakan Guide untuk memandu kami untuk memasuki Pulau Sempu dan menuju ke Pantai Segoro Anakan. Memang pada umumnya para pengunjung yang baru pertama kali mengunjungi Pulau Sempu diharuskan menggunakan pemandu karena beberapa kasus pengunjung tersesat dan menghindari mereka agar tidak tersesat ke area konservasi yang berisi binatang buas seperti Anak Macan, Sanca Bodo, dan Babi Hutan. Jasa sewa guide normalnya Rp.100.000 per orang. Tapi saat itu kami langsung dipertemukan dengan calon pemandu kami oleh Bapak petugas. Kemudian Bapak Pemandu yang bernama Pak Wanto menawarkan harga 250 Ribu untuk kami berdua untuk Mengantar kesana dan mengantar pulang. Pak Wanto akan ikut menginap bersama kami. Akhirnya kami tawar dengan harga Rp.200.000 dan Pak Wanto setuju. Beliau menyuruh kami menunggu sebentar untuk pulang mengambil  peralatan yang mesti dibawanya. Beliau juga menawarkan kami jika kami perlu menitip untuk membeli nasi untuk dibawa kesana. Sambil menunggu Pak Wanto kembali kami kembali ke Pos Izin untuk mengisi surat pernyataan dan membayar iuran seikhlasnya. Saat itu kami bayar Rp.15.000 per orang.
Bagi kalian yang lupa membawa tenda tidak perlu khawatir. Di Pos izin juga melayani jasa sewa tenda, matras, sleeping bag, sepatu trekking, dan beberapa peralatan camping lainnya. Setelah itu kami ke warung yang terletak di sebelah Pos izin untuk membeli Rokok dan lotion anti nyamuk. Setelah menunggu sebentar Pak Wanto datang dan langsung mengajak kami menuju ke perahu dan langsung menghubungkan kami dengan pemilik perahu. Tarif yang ditawarkan Rp.100.000 antar-jemput dan kami mengiyakan saja.  Kami tiba di Teluk Semut sekitar pukul 19.00 Wib dan memulai trekking kami menuju Pantai Segoro Anakan.  Sebelumnya kami diajak berhenti di Pos yang terlihat seperti Pos Satpam untuk mengambil senter dan perjalanan dilanjutkan kembali. Pak Wanto sempat menawarkan saya untuk bertukar tas dengan tasnya. Mungkin dia melihat saya semaput saat jalan karena membawa tas carrier yang menurut perkiraan saya beratnya sekitar 10 Kg. Setelah setengah perjalanan kami beristirahat. Benar2 Rumble in the Jungle ! Medannya lumayan berat. Beberapa kali kami hampir terpeleset akibat medan yang licin dan naik turun.
Setelah melewati medan berat, jajaran batu yang membentuk gua, dan jalan setapak yang terletak di pinggir tebing yang di pinggirnya adalah laut akhirnya kami tiba di Pantai Segoro Anakan.
Beberapa jajaran tenda sudah mulai terlihat. Kami istirahat sejenak dan langsung prepare untuk membangun tenda. Setelah itu kami langsung makan nasi yang dibelikan oleh Pak Wanto saat di Sendang Biru tadi. Medan berat yang barusan kami lewati membuat kami benar2 kelelahan. Perjalanan tadi kami tempu dalam waktu 1 jam dengan istirahat sekali saja. Lalu kami mulai mengeluarkan alat masak kami. Kompor lapangan, panci serbaguna, Parafin, dan korek sudah kami siapkan dari rumah. Kami memasak air untuk membuat kopi dengan air mineral yang kami beli di Sendang  Biru. Saat sedang nikmat2 nya minum kopi sambil merokok tiba2 kami dikejutkan oleh kembang api yang diletuskan oleh salah satu pengunjung. Pak Warto dengan segera menghampiri pengnjung tidak bertanggung jawab tersebut untuk memberi peringatan  dan menyita kembang api yang dibawanya. Menurut penuturan Pak Wanto pihak Petugas di Pos Izin kecolongan karena pengnjung semacam ini bisa lolos sampai ke Pulau Sempu. Pak Wanto juga menambahkan kalau suara ledakan kembang api yang begitu keras bisa menyebabkan burung yang akan bertelur di wilayah konservasi akan gagal bertelur karena terkejut akibat suara tersebut. Menurut saya pengnjung tersebut tidak have fun pada tempatnya.
Di kawasan konservasi seperti Pulau Sempu ini seharusnya kita tidak berbuat yang macam2 seperti itu hanya untuk tujuan have fun atau untuk caper, alias cari perhatian.  Saya mulai merasa kesal kepada pengunjung tersebut ketika malam hari  saat pengunjung lain sedang istirahat pada malam harinya di tenda mereka masing2, para pengunjung tidak bertanggung jawab tersebut malahan tertawa keras2 sambil mengobrol dengan kelompok mereka. Saya merasa sangat terganggu dan tidak bisa tidur. Saya keluar tenda dan merokok di luar dengan grup lain yang terdiri dari Pemuda Timor yang kuliah di Kota Malang sambil menghangatkan air di camp mereka. Salah satu dari mereka sempat kesal dan nyaris menghampiri pengunjung sialan tersebut dengan membawa kayu, tapi kemudian ditenangkan oleh salah satu kawan mereka. Suasana kembali tenang setelah sedikit tegang barusan. Setelah rokok habis saya kembali ke tenda untuk istirahat

Day-3 (Minggu 28 Juli 2013)
Pukul 5 Pagi Wib Yudi membangunkan saya untuk bersiap2 bongkar tenda agar nanti tidak kewalahan saat pulangnya karena kami berniat menyusuri kawasan Pantai Segoro Anakan sebelum kembali ke Teluk Semut.  Setelah sempat membuat kopi kami mulai menelusuri kawasan Pantai Segoro Anakan yang mulai terlihat jelas karena matahari mulai tampak sedikit. Ternyata air Pantai sedang surut. Karang2 terlihat jelas di tengah2 Pantai yang sekilas mirip dengan Danau. Kata Pak Wanto kalau air sedang pasang, aka nada air yang menyembur dari lubang yang berada di karang yang menghalangi Pantai Segoro Anakan dengan Samudera Hindia. Walaupun terkesan tergenang, air Pantai masih tampak jernih. Beberapa pengunjung yang waga Negara asing mulai berenang mendekati lubang yang saya katakana barusan. Setelah itu kami naik ke atas bukit dimana disana kita bisa melihat hamparan samudera Hindia dan terdapat Pulau kecil di dalamnya. Kawanan monyet mulai datang tapi terkesan takut mendekati pengunjung. Beberapa pengunjung mulai melempari makanan ke arah monyet2 tersebut.
Setelah puas mengeksplorasi Pantai Segoro Anakan kami mulai perjalanan kami kembali menuju ke Teluk Semut. Sampah yang kami buat kemarin malam kami masukkan ke kantong kresek dan Pak Wanto membantu untuk membawakannya sampai di Teluk Semut. Medan berat yang kami lewati kemarin malam tampak jelas saat ini. Ternyata memang sangat berat. Setelah 30 menit berjalan kami akhirnya tiba di Teluk Semut.  Pak Wanto langsung menelpon Bapak pemilik perahu yang mengantar kami kesini kemarin. Setelah perjalanan berakhir saya menyimpulkan bahwa pemandu kami, Pak Wanto benar2 professional. Beliau termasuk pemandu senior untuk ke Pulau Sempu. Kami merasa dimudahkan selama dipandu oleh beliau ketika menempuh perjalanan di Pulau Sempu. Pak Wanto juga menyarankan kami untuk naik ojek saja untuk kembali ke Pasar Turen. Dia juga sudah tahu sikap Sopir angkot seperti yang saya ceritakan kemarin. Bisa jadi kami baru diantar ke Pasar Turen pada jam 11 Siang belum lagi waktu di perjalanan. Sedangkan kami harus tiba di Stasiun Malang sebelum pukul 2 Siang.  Setelah beberapa saat mengobrol akhirnya perahu yang menjemput kami datang. Sebelumnya kami diajak menuju ke kawasan masuk menuju Telogo Lele oleh bapak pemilik perahu. Di tengah perjalanan kami membayar honor untuk Pak Wanto karena beliau akan kembali memandu para peneliti yang ikut satu perahu dengan kami menuju ke Telogo Lele dengan tujuan Penelitian tumbuhan.
Setelah tiba di Pantai Sendang Biru kami langsung ke Pos Ojek yang terletak di dekat parkir mobil. Tarif ojek untuk ke Pasar Turen mulanya 70 Ribu, tapi kami tawar Rp 60.000 dan si Tukang ojek setuju. Kami lalu menunggu mereka di depan Pos izin sambil melapor bhwa kami sudah membawa sampah yang kami buat saat Campign kemarin. Beberapa saat kemudian 2 orang tukang  ojek datang dan mengantar kami menuju Pasar Turen.  Ternyata jarak dari Pasar Turen menuju Pantai Sendang Biru lumayan jauh juga. Stelah tiba di Pasar Turen dan belum sempat duduk Bus jurusan Malang-Dampit sudah tiba. Nantinya kami akan diturunkan di Terminal Gadang. Tarif bus dari Pasar Turen ke Terminal Gadang Rp.5.000. Setelah sampai di Terminal Gadang  kami langsung naik angkot Jurusan Gadang-Pasar-Arjosari. Sebelum turun dari Bus si kernet sempat memperingati kami untuk waspada dengan dompet kami karena disana rawan copet. Setelah menunggu Angkot ngetem beberapa saat dan penumpang sudah penuh angkot mulai jalan. Angkot empat terkena macet di dalam Kota Malang akibat Truk terguling di depan. Beberapa saat kemudian kami sudah sampai di Stasiun Malang Kota Baru. Kami diturunkan di depan Stasiun dengan tarif Rp.5.000 per orang dan barang berat dengan tambahan Rp.5.000. Kami tiba sangat awal di Stasiun, yaitu sekitar pukul 12.30 Wib. Waktu yang tersisa kami manfaatkan untuk mencari makan di sekitar Stasiun dan meminjam kamar mandi. Sampai tiba pukul 13.30 kami langsung menuju ke dalam Stasiun dan menyerahkan tiket kami kepada petugas. Pukul 14.15 Wib KA Tawang Alun mulai berangkat tepat waktu. Setelah menempuh perjalanan jauh dan singgah di beberapa Stasiun2 kecil akhirnya kami tiba di Stasiun Banyuwangi Baru pada Pukul 22.30 Wib, telat beberapa menit dari jadwal tiba. Ternyata KA Tawang Alun benar2 bagus dan recommended. Kami lalu keluar Stasiun menuju dagang nasi tempat kami biasa makan sebelum menyebrang ke Bali. Kira2 pukul 24.00 Wib kami melanjutkan perjalanan ke Loket untuk menyebrang ke Bali. Ternyata cuaca belum normal. Saat kami menyebrang arus Laut di Selat Bali masih keras, membuat Kapal yang kami tumpangi sedikit oleng.

Day-4 (Senin, 29 Juli 2013)
Pukul 2.00 Wita dinihari kami tiba di Pelabuhan Gilimanuk, Bali. Kami langsung menuju ke Terminal bus yang letaknya tidak jauh dari Pelabuhan. Setelah melewati pos pemeriksaan sebelumnya kami akhirnya sampai di Terminal Gilimanuk. Bus menuju ke Terminal Ubung, Denpasar tersedia 24 Jam disini. Setelah ke toilet dan minum kopi sebentar kondektur Bus langsung memanggil kami untuk segera berangkat karena penumpang sudah lumayan banyak. Tidak ada yang menarik selama perjalan pulang. Sebagian besar waktu kami habiskan untuk tidur. Pukul 6.00 Wita kami tiba di Terminal Ubung, Denpasar. Disini kami berpisah diantar tukang ojek yang sudah mengerubungi sejak turun dari bus ke rumah kami masing2 dengan ongkos Rp.25.000 ke daerah Imam Bonjol dan Sesetan.

Rincian Cost Backpacker dari Bali ke Pulau Sempu :
-Bus Denpasar Gilimanuk                             : Rp 30.000
- Tarif menyebrang ke Ketapang                   : Rp 6.500
- Becak ke Terminal Sri Tanjung                   : Rp 10.000
-Tiket KA Tawang Alun BWB-MLG (PP)    : Rp 100.000
- Angkot Stasiun ke Terminal Gadang           : Rp. 10.000 (plus barang bawaan)
- Angkot Stasiun Gadang ke Turen               : Rp 7.000
-Angkot Pasar Turen ke Sendang Biru          : Rp 50.000
-Izin + Pemandu                                           : Rp 115.000
- Sewa Perahu PP (Rp 100.000 : 2 Org )     : Rp 100.000
- Ojek Sendang Biru ke Pasar Turen            : Rp 60.000
- Bus Pasar Turen ke Term. Gadang             : Rp 5.000
- Angkot Term. Gadang ke Stasiun Malang   : Rp 10.000 ( plus barang bawaan)
- Tarif menyebrang ke Gilimanuk                   : Rp 6.500
- Bus Gilimanuk ke Terminal Ubung              : Rp 30.000
- Ojek ke rumah masing2                              : Rp 25.000
                   TOTAL : Rp 565.000 ( Belum termasuk makan dan sewa toilet )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar