Rabu, 26 Juni 2013

Tips Memilih Tas Ransel atau Carrier untuk Backpacker

Halo Backpacker ! Tas ransel atau carrier merupakan salah satu perlengkapan paling penting untuk kita dalam melakukan kegiatan backpacker, baik saat kita ke gunung atau hutan2 maupun ke daerah2 perkotaan. Ransel / Carrier itu ibarat lemari yang dapat menampung berbagai perlengkapan dan kebutuhan kita selama backpacker yang sifatnya portable ( Untuk pembahasan tentang koper kami tidak mau tau :D). Berikut kami akan membagikan tips yang kami dapatkan dari beberapa blog dan web kawan backpacker lain yang menurut kami cocok dijadikan referensi dalam memilih ransel atau carrier

1.      Ukuran tas                                                                                                                                  
Memilih ukuran tas carrier harusnya disesuaikan dengan durasi perjalanan. Misalnya kalau ingin melakukan perjalanan ke hutan atau gunung dengan durasi perjalanan selama satu hari, maka baiknya memilih tas dengan ukuran 30 hingga 40 liter. Sementara, kalau untuk pendakian atau perjalanan lain yang mengharuskan Anda untuk menginap barang satu atau dua hari, tas berukuran 50 hingga 55 liter bisa dijadikan pilihan. Sedangkan kalau ingin berjalan-jalan dengan durasi lebih lama, bisa menggunakan tas berukuran 65 hingga 70 liter. Kenalilah berat yang akan dibawa. Tentukan apa dan bagaimana yang akan dibawa. Lamanya waktu perjalanan, 1 atau 2 malam. Apakah akan hiking di musim hujan? atau untuk perjalanan pendek dimusim panas, mungkin hanya akan membutuhkan ransel kecil saja. Akan tetapi jika perjalanan ke gunung salju, akan lebih membutuhkan kapasitas dan tambahan tempat untuk menempatkan peralatan external.

2. Ukuran tubuh (panggul sampai pundak)
Untuk mendapatkan ransel yang pas, harus diketahui panjang dari tubuh. Caranya, ukurlah dari tulang punggung yang ke tujuh ( Tulang yang menonjol tepat dibawah tekuk/leher bagian belakang) kebawah mengikuti kontur tulang punggung sampai ke titik bawah antara tulang pinggul. Cek kedua sisi pinggang
Saat mencoba ransel, pastikan kedua belah ikat pinggangnya berada pada posisi yang pas, tepat pada tonjolan tulang pinggang, bukan pada pinggang. Berat secara keseluruhan akan ditahan oleh ikat pinggang ransel, jadi pastikan posisinya nyaman dan pas tanpa tergeser.

3. Latihlah dengan sabar
Ransel merupakan peralatan yang sangat penting, jadi sediakanlah waktu yang cukup saat memilihnya. Sebelum meninggalkan toko, masukan seluruh perlengkapan yang biasa dibawa kedalam duffel bag. dan masukan kedalam ransel yang akan dibeli, lalu cobalah memakai ransel itu berjalan disekitar toko selama kira-kira 20 menit. Ini untuk memastikan peralatan pas didalamnya dan ransel bisa mnampung berat secara baik dan nyaman

4. Faktor kenyamanan
 Untuk hal yang satu ini, terdapat beberapa hal yang bisa mempengaruhi kenyamanan untuk memanggul tas carrier. Di antaranya adalah tali pinggang, tali penyeimbang samping, tali bahu, tali pengatur atas ataupun tali dada. Selain itu, ada pula faktor lain seperti pengatur panjang punggung ataupun bantalan punggung.

5. Jumlah bukaan
Kalau yang satu ini masukan dari teman saya. Dia mengatakan bahwa biasanya sebuah tas carrier dengan jumlah bukaan yang banyak dijual dengan harga lebih mahal. Lalu kenapa jumlah bukaan menjadi penting?
Berdasarkan pengalaman saya yang minim, saya menggunakan tas carrier dengan satu bukaan di bagian atas. Jadinya, ketika saya memerlukan salah satu peralatan yang ditaruh di bagian tengah tas, maka saya harus membongkar tas tersebut. Namun hal ini bisa dihindari jika menggunakan tas carrier dengan bukaan lebih dari satu. Lagi-lagi menurut teman saya, tas carrier yang bagus biasanya dilengkapi dengan empat bukaan yang berada di atas, tengah, belakang, dan bawah.      
Karena saya mencari tas carrier yang murah, jadinya ya saya hanya mempertimbangkan untuk membeli tas carrier dengan satu bukaan. Pikiran saya,  untuk menghindari pembongkaran tas, mungkin bisa diatasi dengan packing yang sesuai. Berbaiklah pada diri sendri. Belilah ransel terbaik yang bisa dan mampu dibeli, selama itu cocok dan pas. ketahanan dan kwalitas sebenarnya berada pada posisi setelah kenyamanan yang merupakan poin yang paling penting. Buat apa membeli ransel yang berkualitas dan bermutu hebat akan tetapi tidak cocok bagi diri sendiri.

6. Jenis kelamin
Tas ternyata juga harus disesuaikan dengan jenis kelamin. Tas yang dibuat untuk perempuan ternyata berbeda untuk tas yang dikhususkan bagi laki-laki. Tas untuk perempuan memiliki ukuran punggung yang lebih pendek. Selain itu, terdapat juga perbedaan lain karena bentuk tubuh bagian dada dan pinggul yang berbeda.
   
7. Kenali jalan setapaknya setapaknya                                                              
Jika berencana untuk menempuh jalur pendakian yang melewati jalan setapak yang terawat rapi, Jenis ransel dengan external frame mungkin akan jadi pilihan yang baik juga. Akan tetapi jika kondisi jalan setapak lebih berat dan kondisi medannya juga berat dimana faktor keseimbangan sangat diperlukan, maka ransel dengan jenis internal frame akan lebih nyaman dipakai.

8. Pikirkan perubahan yang mungkin terjadi
Jika akan mendaki dengan sistem pendakian ke puncak setelah mendirikan tenda di setengah atau seperempat bagian menuju puncak. Maka pikirkan juga untuk memilih ransel yang bisa dirubah ukurannya menjadi ukuran daypack. Rencanakan dengan teman. Jika akan mendaki dengan teman atau dengan grup, hitunglah berapa perlengkapan grup (tenda, kompor, makanan, dll) yang akan dibawa.
  
9. Hormatilah tabiatmu yang kadang aneh
Ransel tidak ubahnya seperti pacar atau istri, jadi tidak seharusnya jika berharap setelah mendapatkanya akan merubah kebiasaan yang buruk. Jika mempunyai personal moto " Tempat untuk semuanya dan semuanya didalam tempatnya." maka pilihlah ransel yang banyak kantongnya. Jika ingin mengambil botol air saat berjalan, jangan pilih ransel yang mempunyai kantong yang jauh dari jangkauan, yang akan membuat frustasi saat akan menjakau sesuatu didalamnya. JIka anda menyukai jenis tempat minuman yang bertipe hydration tube, maka carilah ransel yang sudah terbuat menyatukan hydration tube dengan ransel atau bisa juga memilih ransel yang mempunyai kantong disisi bawahnya yang pas dengan ukuran sebuah botol minum.
Semoga tips diatas dapat membantu kawan2 backpacker semua dalam memilih carrier. Salam satu ransel !
 

 






 










Sabtu, 01 Juni 2013

Trip yang Gagal ke Jogja 2012



Halo kawan-kawan explorer. Saya akan menceritakan pengalaman saya saat backpacker ke Jogja Pada Tahun 2012 lalu. Walaupun sesuai judul (trip yang gagal ke jogja 2012) tapi saat itu trip kami tidak gagal mutlak. Kami masih sempat menikmati beberapa moment di Jogja, khususnya kawasan malioboro dan mengunjungi beberapa objek wisata di sekitar sana. Tapi tidak sesuai yang kami targetkan. Rencana 4 Hari di Jogja hanya kami lalui 3 hari 2 malam.
Semoga tulisan kami ini memberikan pengetahuan tambahan bagi kalian yang berencana melakukan backpacker ke Jogja
* * * *
Mungkin karena perencanaan yang mendadak pula yang membuat trip saat itu menjadi tidak berjalan sesuai planning. Saat itu kami ber-enam (Yudi', Sendy, Jerink, Oka, Sony, dan Lanang) nongkrong2 di Circle K menikmati liburan pasca UAS ditambah liburan Galungan. Entah bagaimana pembicaraan bisa mengarah untuk melakukan backpacker ke jogja. Malam itu berakhir dengan kata serempak  ,”DEAL !!!“untuk melakukan backpacker ke Jogja yang katanya eksotis itu. Tapi sayangnya Sendy dan Sony tidak bisa mengikuti trip ini karena kendala dana dan waktu.
Lalu keesokan harinya untuk lebih mematangkan rencana kami, kami pergi ke Jl Diponegoro Denpasar untuk mengecek harga tiket sambil mampir ke dagang nasi jinggo dan agen bus yang bertebaran di jalan tersebut . Buat kalian yang bakal backpacker ke Bali, Nasi jinggo adalah pilihan yang tepat untuk mengisi perut kalian karena harganya yang murah(mirip nasi kucing di angkringan di Jogja). Setelah kami selesai makan lalu kami ke agen bus yang berada  tepat disamping dagang nasi tersebut untuk reservasi tiket keberangkatan 2 hari lagi.
Day-1 (Dari Bali ke Jogja)
Setelah reservasi tiket bus 2 hari sebelumnya, akhirnya siang itu kami berangkat. Harga tiket Bus yang kami beli saat itu Rp.210.000 Denpasar-Jogjakarta.  Kami dijemput oleh Mini Bus yang dimana merupakan fasilitas dari PO Wisata Komodo yang kami telah reservasi. Bus ini menurut kami sangat recommended karena memiliki fasilias seperti itu. Di depan rumah Jerink di daerah Renon (bukan drummer-nya SID loh !) setelah menunggu kurang lebih 1 jam kami berempat akhirnya dijemput oleh Mini Bus tersebut menuju ke Terminal Ubung.

                                              Menunggu jemputan di depan rumah Jerink

Beberapa kali Mini Bus ini berhenti untuk menaikkan penumpang yang lain akhirnya kami sampai di Terminal Ubung. Kami lalu mengambil tempat duduk sesuai di tiket dan menyerahkan tiket kepada petugas. Setelah sekitar 15 menit menunggu akhirnya Bus Jalan  juga. Saat itu jam menunjukkan antara pukul 13.00 atau 14.00.
Bus ini sangat nyaman. Seat –nya isi selimut & bantal, Full AC dan ada TV disertai DVD player  sehingga tak terasa sudah sampai di Pelabuhan Gilimanuk. Kami beruntung saat itu kami sampai di gilimanuk menjelang jam 6 sore. Saya pikir kami akan bisa menikmati Sunset saat di Kapal Ferry Nanti.



                                                                 Diatas Kapal Ferry.

                                  

             

                                                                


After Sunset on Ferry
Setelah menyebrangi Selat Bali dan bus menapakkan ban di Ketapang, kami langsung tidur lagi di bus karena kami rasa perjalanan masih jauh. Di tengah perjalanan saya terbangun pas di tikungan Paiton dimana di sisi kanan  terdapat Pusat Pembangkit Listrik yang saya lihat seperti rumah Alien. Pada saat itu cuma saya yang melek. Kira2 setelah 40 menit perjalanan bus berhenti di suatu restoran di daerah Madiun (kalo tidak salah ya !hehe). Kami turun untuk menikmati prasmanan di dalam restoran tersebut . Bus ini memang benar2 recommended jika dilihat dari fasilitas yang disediakan dengan harga yang ditawarkan.
Setelah semua penumpang mendapatkan fasilitas makan bus kembali melanjutkan perjalanan dan saya memilih untuk tidur lagi. Selamat malam Jawa Timur !

Day-2 (Halo Ngayogyakartohadiningrat ! )

Setelah tertidur untuk beberapa saat lamanya kami akhirnya bangun dan bus sudah berada di By Pass Solo-Jogja (saya lihat dari papan  nama toko. Hehe,,). 
Beberapa saat kemudian bus sudah memasuki daerah Kalasan. Kami lihat Candi Prambanan di sisi kanan jalan. Nanti setelah beres untuk urusan tidur kami berencana akan kesana. Kemudian Jerink mengingatkan kalau kita turun di Janti aja. Kata temannya agar mudah dia menjemput kami. Akhirnya kami turun di Indomaret dibawah flyover yang di pertigaan  itu. Rencananya nanti kita bakal tidur di tempat kawannya Jerink yang kost nya bakal ditinggal buat PKL. Setelah makan dekat Indomaret pada saat yang bersamaan  kawannya si Jerink yang satu  lagi (katanya kakak dari mantannya) mendatangi kami kalau Bang W**snu (kawannya Jerink yang akan PKL) sudah  pergi PKL ke suatu daerah di Jawa tengah dan kunci kostnya terlanjur dibawa. Akhirnya kami tidak punya pilihan. Kami harus cari penginapan. Katanya di maliboro banyak losmen murah2.
Dan kami bingung harus naik apa kesana. Akhirnya kawannya Jerink yang saat itu bersama kami menganjurkan untuk menggunakan Taxi kesana dengan ongkos 20 Ribu . Saat itulah kami berfikir untuk rencana awal kami yang gagal untuk backpacker-an. “Ini sih bukan backpacker. Kalo turis koper baru pake taksi”, celetuk Yudi'. Kami akhirnya hanya bisa pasrah berharap budget kita cukup untuk 3 hari ke depan.
Akhirnya pak sopir menurunkan kami  di depan malioboro Mall, dimana disana juga terdapat Shelter Trans Jogja. Saya tiba2 berfikir seandainya kami tau kalau di jogja ada transportasi semacam Trans Jogja dan tau Shelter terdekat dari Janti, kami pasti memilih untuk naik Trans Jogja. Ongkosnya Cuma  3000 jauh atau dekat. Walaupun perbandingan Cuma 2000 rupiah dengan patungan taksi berempat tadi, saya rasa sensasi backpacker-nya nya lebih klop kalau seandainya menaiki Trans Jogja.

                                          Nongkrong Sebentar di Depan Malioboro Mall

Setelah duduk2 sebentar di depan Malioboro Mall kawan si Jerink yang tadi ketemu di Janti menghampiri kami. Dia baru datang dari booking salah satu Losmen yang belakangan saya tau berada di jalan Sosrowijayan. Kami jalan kaki kesana. Lokasinya di gang pertama depan toko sepeda antik. Losmennya bagus sekali. Ada teras nya, 2 Tempat Tidur, Tv, dan Kamar Mandi Dalam. Rate nya 250 Ribu  untuk satu harinya. Seandainya sebelumnya kami mengetahui informasi harga hotel seputaran Sosrowijayan mungkin kami bisa dapat yang lebih murah. Karena belakangan saya baru tau kalau di Sosrowijayan ada Losmen yang rate nya 80 Ribu 1 kamar untuk 2 orang. Kami makin putus asa terhadap rencana awal kami. Setelah kami semua mandi kami duduk2 di teras depan dan berkenalan dengan kawan si Jerink tadi. Namanya Dwi. Kalau tadi di janti tidak ada Dwi, kami pasti bakalan tersesat abis dah di Jogja.

Prepare Jalan-Jalan Seputaran Malioboro

Setelah beberapa lama ngobrol2 akhirnya si Dwi pergi. Katanya ada urusan di Kampus. Kami pun mulai jalan2 ke sekitaran malioboro. Kami terus jalan ke selatan melewati beberapa toko dan gedung seperti Benteng Vrederburg, Istana Presiden, dan Taman yang ada di Perempatan Bank BNI. Setelah melihat City Map yang terdapat di dekat sana ternyata Keraton tidak jauh dari sana. Akhirnya kami memutuskan ke keraton. Keputusasaan kami bertambah ketika sampai di Alun2 ternyata keraton ditutup karena ada event yang diselenggarakan oleh salah satu Produsen Kosmetik tradisional

Daripada mubazir jalan jauh2 kesini kami akhirnya ke Museum  Kereta yang lokasinya tidak jauh dari sini. Disana kami melihat kereta2 yang digunakan oleh Raja pada zaman dahulu dipajang. Dari informasi yang tertulis di dalam Museum setiap kereta memiliki fungsi yang berbeda2 pada jamannya.
                                                             Di Dalam Museum Kereta

Setelah itu kami berencana ke Taman Sari karena tidak bisa masuk ke Keraton karena disana sedang diadakan event besar yang diadakan oleh salah satu Perusahaan jamu dan kosmetik tradisional besar di Indonesia . Kami mencari becak disana. Tepat di depan Museum Kereta terdapat banyak Becak yang menunggu penumpang. Becak pun akhirnya jalan menuju ke Taman Sari setelah sepakat harga 5 ribu untuk 1 becak.

Tetapi di tengah perjalanan  si Tukang Becak bukannya mengantar kami ke Taman Sari tapi kami malah diajak masuk ke toko oleh2 satu persatu. Saya benar2 kesal dengan ulah tukang becak ini. Tadi kami sudah bilang tujuan kami ke Taman Sari tapi kami malah diajak ke tujuan lain. Dia bilang taman sari tutup hari ini ! kenapa tidak bilang dari tadi pas kami akan naik ?! Saya benar2 kesal saat itu dan menyuruh si Tukang Becak untuk mengantar kami kembali ke Alun2. Akhirnya dengan tampang tidak bersalah si Tukang Becak Menurunkan kami di Alun2. Cuaca panas saat itu dibuat makin panas dengan ulah tukang becak tadi.  Kami lalu istirahat sebentar di alun2 sambil minum es kelapa muda sebelum kembali ke arah utara.  
Setelah itu kami mengunjungi Benteng Vredeburg. Di dalam benteng peninggalan kolonial yang kini beralih fungsi menjadi museum ini terdapat miniatur2 yang menggambarkan bagaimana sejarah perjuangan kemerdekaan RI.  Setelah itu kami kembali ke losmen. 
Sesampainya di losmen perut kami tidak bisa diajak kompromi. Kebetulan di depan losmen ada warung nasi kecil yang pedagangnya seorang nenek2. Disini kami membuktikan langsung dengan perkataan orang2 bahwa orang Jogja itu ramah2. Selain ramah, nasi disini juga tidak mahal. Nasi dengan es teh hanya 7 Ribu. Setelah kenyang kami memilih untuk tidur2an saja di losmen sambil mendiskusikan  rencana kami yang gagal di awal.
Malam harinya kami merencanakan jalan2 ke Alun2 Selatan. Sekalian ingin mencicipi ronde disana. Sebelumnya kami makan dulu di Angkringan di depan Jalan Sosrowijayan.


Setelah makan kami melanjutkan perjalanan. Kami berjalan cukup jauh melewati Nol kilometer dan Alun2 Utara. Sampailah akhirnyakami di Alun2 Selatan. Disini ternyata banyak disewakan sejenis kendaraan seperti mobil lengkap dengan setirnya. Uniknya kendaraan ini dihiasi banyak lampu dan kita harus mengayuh agar kendaraan tersebut bisa berjalan. Ongkos sewa kendaraan tersebut 15000 untuk 3 kali putaran keliling alun2.

Kendaraan Unik di Alun2 Selatan

Setelah puas foto2 dan berkeliling Alun2 Selatan kami langsung mecari pedagang ronde yang berjejer di sekitar Alun2 Selatan ini . Rasa Ronde sangat unik karena air jahe nya dapat membuat suhu tubuh menjadi hangat dan kue bola nya itu sangat empuk.


Setelah itu kami kembali ke Losmen dengan menempuh jarak yang sama seperti saat kami kesini tadi.  Ketika kami sampai di Losmen ternyata Dwi sudah menunggu di teras bersama temannya. Namanya Bang Elam. Kami ngobrol2 sampai malam sambil ngopi. Dwi membawa kabar baik. Katanya teman kost Bang Elam yang kamarnya di sebelah kamar Bang Elam sedang  pergi PKL juga dan Bang Elam yang dititipkan kunci kamar kost tersebut. Kami sedikit lega karena untuk besok kami ada tempat untuk tidur berhubung budget kami yang semakin menipis. Rencana kami yang semula juga ingin mengunjungi Candi Prambanan dan Candi Borobudur menjadi buyar.  Setelah Dwi dan Bang Elam Pergi kami beristirahat setelah sebelumnya mem-packing barang kami untuk persiapan check-out besok.

Day-3 (trip with Bang Elam)
Keesokan harinya kami check out dari losmen tersebut setelah sebelumnya mandi, sarapan di warung depan, dan tentunya membayar sewa kamar yang belakangan saya tau termasuk mahal. Kami menyusuri Jalan  Malioboro untuk mencari oleh2 sambil menunggu bang Elam yang katanya akan menjemput kami di depan  Malioboro mall. Setelah cukup membeli oleh2 kami langsung menuju ke depan  Malioboro mall dan menunggu Bang Elam datang. Sebenarnya kami sangat malu jika harus merepotkan orang seperti ini mengingat tujuan awal kami disini untuk backpacker.
Akhirnya Bang Elam datang bersama seorang temannya. Kami dibawa ke kost mereka di daerah belakang kampus Sanatana Dharma. Lalu kami ditunjukkan kamar yang boleh kami tempati untuk sementara. Yang terletak di lantai 2.Setelah mandi dan menaruh barang2 kami duduk2 di teras yang berhadapan langsung  dengan Apartement yang seluruh bangunannya berwarna Pink. Lumayan lah buat dilihat berhubung di Bali tidak ada gedung setinggi itu

Setelah itu kami kembali ke kamar untuk beristirahat. Sebelum kami beristirahat bang Elam sempat ngobrol2 dengan kami. Dia berencana mengajak kami untuk jalan2 ke Solo (lagi2 kami merepotkan). Kami tidak enak untuk menolak tawaran tersebut dan mengiyakannya. Setelah itu Bang Elam juga menawarkan untuk membelikan kami tiket pulang. Kemudian kami memberikan Bang Elam uang untuk beli tiketnya. Kami akan Balik ke Bali besok sore. Sore nya setelah kami semua mandi kami menunggu temannya Bang Elam datang yang akan mengajak kami untuk jalan2 ke Solo. Akhirnya kami bertemu lagi dengan mobil Avanza  ini. Ter nyata kami diajak ke Solo untuk berkunjung ke kampung salah satu teman Bang Elam yang ada di mobil ini. Kami banyak ngobrol2 di mobil sampai tidak  terasa kami sudah sampai di Solo. Kami mampir sebentar di Pasar Solo untuk makan di sebuah angkringan disana. Setelah selesai makan kami melanjutkan perjalanan. Kami hanya sebentar disana. Ternyata kawan bang Elam  itu Cuma mengambil BPKB motor saja ke Solo. Di perjalanan pulang saya lebih banyak tidur dan ketika saya bangun kami sudah di Bypass Solo-Jogja. Beberapa saat kemudian kami sudah sampai di kost. Setelah itu kami langsung istirahat untuk mempersiapkan kepulangan besok.



Day-4 (Goodbye Jogja !)
Setelah kami berkemas dan merapikan kamar yang kami tempati secara gratis tersebut kami beranjak pergi ke Terminal ditemani Dwi dan Bang Elam dengan mobil yang kami gunakan untuk ke Solo kemarin. Sebelum ke Terminal kami diajak singgah oleh mereka di salah sat tempat makan yang anak Jogja sering menyebutnya 'Burjo' untuk makan sebelum berangkat pulang.

Setelah di Terminal mereka memberikan tiket yang kami titip kemarin dan menunggu hingga bus jalan. Saya lupa nama terminal nya. Kami merasa sangat beruntung bisa bertemu mereka. Mungkin tanpa mereka kami sudah tersesat kesana-kesini. Setelah itu bus singgah ke Terminal Giwangan dan meanjutkan perjalanan ke Bali. Tak ada yang berkesan saat perjalanan pulang. Tidak ada yang bisa kami lakukan karena uang sudah benar2 habis selain tidur dan mengobrol. Keesokan  pagi kami sampai di Terminal Ubung dengan selamat. Setelah turun dari bus kami berpencar untuk mencari ojek untuk pulang ke rumah masing2.