Writted by : Lanang
Salam satu ransel kawan2
backpacker se-Indonesia. Catatan perjalanan kami kali ini berisi tentang
perjalanan ke Pulau Sempu yang terletak di Kabupaten Malang Selatan, Jawa
Timur. Semoga catatan2 perjalanan kami dapat memberikan pengetahuan bagi kalian
yang akan backpacker dari Indonesia bagian timur menuju ke Pulau Jawa.
Setelah perjalanan sebelumnya ke
Bromo sebulan kemudian kami kembali ke Pulau Jawa, tepatnya Jawa Timur untuk menuju
ke Pulau Sempu yang tepatnya terletak di Kawasan Pantai Sendang Biru, Malang
Selatan. Sebenarnya untuk menekan budget seharusnya dari Bromo kami langsung
melanjutkan perjalanan ke Malang karena kedua tempat tersebut masih berada di
provinsi yang sama. Jadi kita bisa menekan budget transport lagi untuk tidak bolak-balik
Jawa-Bali. Tapi karena masalah waktu
akibat kesibukan kami maka rencana untuk ke Pulau Sempu kami lanjutkan sebulan
kemudian, tepatnya akhir bulan Juli 2013.
Day-1 (Jumat 26 Juli 2013)
Setelah menyusun rencana matang2
malam itu kami berangkat dari terminal Ubung Denpasar. Kami menyepakati meeting
point di depan pos Polisi terminal jam
22.00 Wita untuk menghindari serbuan calo terminal yang seperti piranha :D.
Pada perjalanan kali ini kami hanya berangkat berdua (saya dan Yudi’). Setelah
masuk ke Bus Jurusan Denpasar-Gilimanuk dan menunggu bus ngetem sekitar 20
menit kami langsung berangkat menuju ke Pelabuhan Gilimanuk. Ongkosnya Rp.30.000
Day-2 (Sabtu, 27 Juli 2013)
Pukul 2 Wita dinihari kami tiba
di Pelabuhan Gilimanuk. Kami langsung menuju loket di bagian utara pelabuhan.
Harga tiket menyebrang menggunakan kapal Ferry Rp.6.500. Untuk menyebrang ke
Pelabuhan Ketapang, Jawa Timur membutuhan waktu sekitar 45 menit jika cuaca
bagus dan arus laut tidak begitu keras. Tapi saat kami menyebrang kali ini
cuaca gerimis dan arus laut lumayan keras mengguncang kapal yang kami tumpangi.
Setelah sekitar 1 jam lebih kami
terombang-ambing di laut akhirnya pukul
2 Wib dinihari kapal berlabuh di Ketapang. Kami langsung keluar Pelabuhan
mencari warung untuk makan. Setelah
makan kami langsung menuju ke Stasiun Banyuwangi Baru yang letaknya tidak jauh
dari Pelabuhan Ketapang., tepatnya saat keluar dari area Pelabuhan kita
langsung belok kanan. Setelah melewati jembatan akan terlihat papan nama Stasiun
Banyuwangi Baru di kiri jalan. Tapi saat kami sampai disana ternyata loket belum buka karena
kami datang terlalu Subuh. Loket baru buka Pukul 4 Wib dinihari.
Agar lebih cepat sampai ke Malang
kami kembali ke area luar Pelabuhan mencari angkot di depan ornament nama
Pelabuhan untuk menuju ke Terminal Sri Tanjung yang letaknya di bagian utara
Pelabuhan. Letaknya lumayan jauh dari Pelabuhan. Tapi sayangnya supir angkotnya
menolak karena hanya 2 penumpang, yaitu kami berdua saja. Saat itu juga tidak
ada tukang ojek di sekitar sana, yang ada hanya tukang becak. Mau tidak mau kami
putuskan naik becak ke terminal Sri Tanjung.
Setelah becak berjalan perlahan
menyusuri jalan raya yang sepi Kira2 Pukul 3 Wib dinihari kami akhirnya sampai
di Terminal Sri Tanjung. Ternyata tidak ada Bus yang menuju ke Malang, yang ada
hanya 1 bus yang menuju ke Surabaya. Akhirnya kami putuskan untuk gambling
menunggu loket di Stasiun Banyuwangi Baru buka untuk mendapatkan tiket ke
Malang. Sementara tukang becak yang barusan mengantar kami sudah pergi jauh.
Kami akhirnya dengan terpaksa berjalan cepat menuju kembali ke Stasiun sambil
menunggu Angkot lewat atau mobil pick up tanpa muatan untuk ditumpangi. Tapi
sampai kami tiba di Stasiun tidak ada Angkot ataupun Pick up yang lewat. Saat
itu tepat waktu Sahur saat kami tiba di Stasiun. Kami tiba pukul 4 Wib
kurang. Disana sudah mulai rame calon
penumpang yang menunggu loket buka. Akirnya setelah menunggu sekitar 30 menit
loket akhirnya buka. Kami langsung ke loket untuk memesan tiket KA Tawang Alun
jurusan Malang Kotabaru. Untungnya masih ada bangku kosong saat kami
memesannya. Kami langsung membeli tiket untuk pulang besok karena takut
kehabisan seperti pada saat kami di Probolinggo sebelumnya. Harga tiketnya Rp
50.000 tarif jauh dekat sekali jalan. Setelah menunggu sampai pukul 5.15 Wib
akhirnya kami dipersilahkan masuk ke gerbong karena kereta segera berangkat.
Kereta ini lumayan bagus walaupun statusnya Kereta Ekonomi. Gerbongnya bersih
dan di dalam dipasang AC. Setelah menempuh perjalanan dan singgah di beberapa
Stasiun kecil akhirnya KA Tawang Alun tiba di Stasiun Malang Kotabaru pada
pukul 13.10 Wib, telat 5 menit dari jadwal tiba. Kereta KA Tawang Alun benar2
recommended untuk perjalanan kami kali ini.
Untuk menuju ke Pulau Sempu kami
harus melewati rute Stasiun-Terminal Arjosari-Terminal Gadang-Pasar
Turen-Pantai Sendang Biru. Kami keluar Stasiun mecari angkot menuju Termial
Arjosari, tapi Pak Sopir angkot mengatakan kita bisa langsung ke Terminal
Gadang. Saat itu kami langsung berangkat tanpa ngetem karena penumpang sudah
penuh. Tarif angkot ke Terminal Gadang Rp.5.000 per orang. Untuk barang besar dikenakan tambahan
Rp.5.000. Setelah tiba di Terminal Gadang kami masuk ke Bus dengan jurusan
Malang-Dampit yang nanti akan menurunkan kami di Pasar Turen. Tarifnya
Rp.7.000.
Setelah diturunkan di depan Pasar
Turen sekitar pukul 15.00 Wib kami langsung masuk ke Angkot jurusan
Turen-Sendang Biru. Disinilah masalah muncul. Setelah menunggu cukup lama
angkot tidak berangkat juga padahal penumpang sudah cukup banyak. Ternyata
ujung2nya kami disuruh mencarter setelah kami mengancam akan naik ojek saja
dengan tarif 50 ribu sampai di Sendang Biru. Akhirnya sopir angkot menyuruh
kami membayar Rp. 50.000 untuk 1 orang dan kami mengiyakan agar tidak sampai
Maghrib di Sendang Biru, karena lewat pukul 17.00 katanya tidak dapat izin
untuk masuk ke Pulau Sempu dari Sendang Biru. Yang membuat kami makin kesal
adalah ternyata si Sopir menunggu beberapa saat lagi untuk menambah 2 penumpang
lagi. Sekitar pukul 17.30 Wib kami khirnya tiba di Pos izin di Sendang Biru
setelah diajak berputar2 memasuki perkampungan oleh si Sopir Angkot sialan.
Kami lah penumpang terakhir yang turun dan selama penumpang lain selain kami
berdua turun mereka dikenakan tariff normal Rp. 12.000. Sebegitu rasisnya si
Sopir angkot ini karena tahu kami dari Bali (mungkin didengar dari logat kami
yang kental) dan dikira turis dengan
uang yang banyak.
Hal yang kami takutkan
sebelum2nya menjadi kenyataan. Kami tidak mendapat izin menyebrang dari bapak
yang bertugas di Pos Izin karena factor keamanan. Setelah kami sedikit memelas
dan mnceritakan pengalaman kami barusan akhirnya Bapak penjaga pos izin
memberikan jalan tengah. Kami ditawarkan untuk menggunakan Guide untuk memandu
kami untuk memasuki Pulau Sempu dan menuju ke Pantai Segoro Anakan. Memang pada
umumnya para pengunjung yang baru pertama kali mengunjungi Pulau Sempu
diharuskan menggunakan pemandu karena beberapa kasus pengunjung tersesat dan
menghindari mereka agar tidak tersesat ke area konservasi yang berisi binatang
buas seperti Anak Macan, Sanca Bodo, dan Babi Hutan. Jasa sewa guide normalnya
Rp.100.000 per orang. Tapi saat itu kami langsung dipertemukan dengan calon
pemandu kami oleh Bapak petugas. Kemudian Bapak Pemandu yang bernama Pak Wanto
menawarkan harga 250 Ribu untuk kami berdua untuk Mengantar kesana dan
mengantar pulang. Pak Wanto akan ikut menginap bersama kami. Akhirnya kami
tawar dengan harga Rp.200.000 dan Pak Wanto setuju. Beliau menyuruh kami
menunggu sebentar untuk pulang mengambil
peralatan yang mesti dibawanya. Beliau juga menawarkan kami jika kami
perlu menitip untuk membeli nasi untuk dibawa kesana. Sambil menunggu Pak Wanto
kembali kami kembali ke Pos Izin untuk mengisi surat pernyataan dan membayar
iuran seikhlasnya. Saat itu kami bayar Rp.15.000 per orang.
Bagi kalian yang lupa membawa tenda tidak perlu khawatir. Di Pos izin juga melayani jasa sewa tenda, matras, sleeping bag, sepatu trekking, dan beberapa peralatan camping lainnya. Setelah itu kami ke warung yang terletak di sebelah Pos izin untuk membeli Rokok dan lotion anti nyamuk. Setelah menunggu sebentar Pak Wanto datang dan langsung mengajak kami menuju ke perahu dan langsung menghubungkan kami dengan pemilik perahu. Tarif yang ditawarkan Rp.100.000 antar-jemput dan kami mengiyakan saja. Kami tiba di Teluk Semut sekitar pukul 19.00 Wib dan memulai trekking kami menuju Pantai Segoro Anakan. Sebelumnya kami diajak berhenti di Pos yang terlihat seperti Pos Satpam untuk mengambil senter dan perjalanan dilanjutkan kembali. Pak Wanto sempat menawarkan saya untuk bertukar tas dengan tasnya. Mungkin dia melihat saya semaput saat jalan karena membawa tas carrier yang menurut perkiraan saya beratnya sekitar 10 Kg. Setelah setengah perjalanan kami beristirahat. Benar2 Rumble in the Jungle ! Medannya lumayan berat. Beberapa kali kami hampir terpeleset akibat medan yang licin dan naik turun.
Bagi kalian yang lupa membawa tenda tidak perlu khawatir. Di Pos izin juga melayani jasa sewa tenda, matras, sleeping bag, sepatu trekking, dan beberapa peralatan camping lainnya. Setelah itu kami ke warung yang terletak di sebelah Pos izin untuk membeli Rokok dan lotion anti nyamuk. Setelah menunggu sebentar Pak Wanto datang dan langsung mengajak kami menuju ke perahu dan langsung menghubungkan kami dengan pemilik perahu. Tarif yang ditawarkan Rp.100.000 antar-jemput dan kami mengiyakan saja. Kami tiba di Teluk Semut sekitar pukul 19.00 Wib dan memulai trekking kami menuju Pantai Segoro Anakan. Sebelumnya kami diajak berhenti di Pos yang terlihat seperti Pos Satpam untuk mengambil senter dan perjalanan dilanjutkan kembali. Pak Wanto sempat menawarkan saya untuk bertukar tas dengan tasnya. Mungkin dia melihat saya semaput saat jalan karena membawa tas carrier yang menurut perkiraan saya beratnya sekitar 10 Kg. Setelah setengah perjalanan kami beristirahat. Benar2 Rumble in the Jungle ! Medannya lumayan berat. Beberapa kali kami hampir terpeleset akibat medan yang licin dan naik turun.
Setelah melewati medan berat,
jajaran batu yang membentuk gua, dan jalan setapak yang terletak di pinggir
tebing yang di pinggirnya adalah laut akhirnya kami tiba di Pantai Segoro
Anakan.
Beberapa jajaran tenda sudah mulai terlihat. Kami istirahat sejenak dan langsung prepare untuk membangun tenda. Setelah itu kami langsung makan nasi yang dibelikan oleh Pak Wanto saat di Sendang Biru tadi. Medan berat yang barusan kami lewati membuat kami benar2 kelelahan. Perjalanan tadi kami tempu dalam waktu 1 jam dengan istirahat sekali saja. Lalu kami mulai mengeluarkan alat masak kami. Kompor lapangan, panci serbaguna, Parafin, dan korek sudah kami siapkan dari rumah. Kami memasak air untuk membuat kopi dengan air mineral yang kami beli di Sendang Biru. Saat sedang nikmat2 nya minum kopi sambil merokok tiba2 kami dikejutkan oleh kembang api yang diletuskan oleh salah satu pengunjung. Pak Warto dengan segera menghampiri pengnjung tidak bertanggung jawab tersebut untuk memberi peringatan dan menyita kembang api yang dibawanya. Menurut penuturan Pak Wanto pihak Petugas di Pos Izin kecolongan karena pengnjung semacam ini bisa lolos sampai ke Pulau Sempu. Pak Wanto juga menambahkan kalau suara ledakan kembang api yang begitu keras bisa menyebabkan burung yang akan bertelur di wilayah konservasi akan gagal bertelur karena terkejut akibat suara tersebut. Menurut saya pengnjung tersebut tidak have fun pada tempatnya.
Beberapa jajaran tenda sudah mulai terlihat. Kami istirahat sejenak dan langsung prepare untuk membangun tenda. Setelah itu kami langsung makan nasi yang dibelikan oleh Pak Wanto saat di Sendang Biru tadi. Medan berat yang barusan kami lewati membuat kami benar2 kelelahan. Perjalanan tadi kami tempu dalam waktu 1 jam dengan istirahat sekali saja. Lalu kami mulai mengeluarkan alat masak kami. Kompor lapangan, panci serbaguna, Parafin, dan korek sudah kami siapkan dari rumah. Kami memasak air untuk membuat kopi dengan air mineral yang kami beli di Sendang Biru. Saat sedang nikmat2 nya minum kopi sambil merokok tiba2 kami dikejutkan oleh kembang api yang diletuskan oleh salah satu pengunjung. Pak Warto dengan segera menghampiri pengnjung tidak bertanggung jawab tersebut untuk memberi peringatan dan menyita kembang api yang dibawanya. Menurut penuturan Pak Wanto pihak Petugas di Pos Izin kecolongan karena pengnjung semacam ini bisa lolos sampai ke Pulau Sempu. Pak Wanto juga menambahkan kalau suara ledakan kembang api yang begitu keras bisa menyebabkan burung yang akan bertelur di wilayah konservasi akan gagal bertelur karena terkejut akibat suara tersebut. Menurut saya pengnjung tersebut tidak have fun pada tempatnya.
Di kawasan konservasi seperti
Pulau Sempu ini seharusnya kita tidak berbuat yang macam2 seperti itu hanya
untuk tujuan have fun atau untuk caper, alias cari perhatian. Saya mulai merasa kesal kepada pengunjung
tersebut ketika malam hari saat pengunjung
lain sedang istirahat pada malam harinya di tenda mereka masing2, para
pengunjung tidak bertanggung jawab tersebut malahan tertawa keras2 sambil
mengobrol dengan kelompok mereka. Saya merasa sangat terganggu dan tidak bisa
tidur. Saya keluar tenda dan merokok di luar dengan grup lain yang terdiri dari
Pemuda Timor yang kuliah di Kota Malang sambil menghangatkan air di camp
mereka. Salah satu dari mereka sempat kesal dan nyaris menghampiri pengunjung
sialan tersebut dengan membawa kayu, tapi kemudian ditenangkan oleh salah satu
kawan mereka. Suasana kembali tenang setelah sedikit tegang barusan. Setelah rokok
habis saya kembali ke tenda untuk istirahat
Day-3 (Minggu 28 Juli 2013)
Pukul 5 Pagi Wib Yudi membangunkan
saya untuk bersiap2 bongkar tenda agar nanti tidak kewalahan saat pulangnya
karena kami berniat menyusuri kawasan Pantai Segoro Anakan sebelum kembali ke
Teluk Semut. Setelah sempat membuat kopi
kami mulai menelusuri kawasan Pantai Segoro Anakan yang mulai terlihat jelas
karena matahari mulai tampak sedikit. Ternyata air Pantai sedang surut. Karang2
terlihat jelas di tengah2 Pantai yang sekilas mirip dengan Danau. Kata Pak
Wanto kalau air sedang pasang, aka nada air yang menyembur dari lubang yang
berada di karang yang menghalangi Pantai Segoro Anakan dengan Samudera Hindia.
Walaupun terkesan tergenang, air Pantai masih tampak jernih. Beberapa pengunjung
yang waga Negara asing mulai berenang mendekati lubang yang saya katakana barusan.
Setelah itu kami naik ke atas bukit dimana disana kita bisa melihat hamparan
samudera Hindia dan terdapat Pulau kecil di dalamnya. Kawanan monyet mulai
datang tapi terkesan takut mendekati pengunjung. Beberapa pengunjung mulai
melempari makanan ke arah monyet2 tersebut.
Setelah puas mengeksplorasi
Pantai Segoro Anakan kami mulai perjalanan kami kembali menuju ke Teluk Semut.
Sampah yang kami buat kemarin malam kami masukkan ke kantong kresek dan Pak
Wanto membantu untuk membawakannya sampai di Teluk Semut. Medan berat yang kami
lewati kemarin malam tampak jelas saat ini. Ternyata memang sangat berat. Setelah
30 menit berjalan kami akhirnya tiba di Teluk Semut. Pak Wanto langsung menelpon Bapak pemilik
perahu yang mengantar kami kesini kemarin. Setelah perjalanan berakhir saya
menyimpulkan bahwa pemandu kami, Pak Wanto benar2 professional. Beliau termasuk
pemandu senior untuk ke Pulau Sempu. Kami merasa dimudahkan selama dipandu oleh
beliau ketika menempuh perjalanan di Pulau Sempu. Pak Wanto juga menyarankan
kami untuk naik ojek saja untuk kembali ke Pasar Turen. Dia juga sudah tahu
sikap Sopir angkot seperti yang saya ceritakan kemarin. Bisa jadi kami baru
diantar ke Pasar Turen pada jam 11 Siang belum lagi waktu di perjalanan.
Sedangkan kami harus tiba di Stasiun Malang sebelum pukul 2 Siang. Setelah beberapa saat mengobrol akhirnya
perahu yang menjemput kami datang. Sebelumnya kami diajak menuju ke kawasan
masuk menuju Telogo Lele oleh bapak pemilik perahu. Di tengah perjalanan kami
membayar honor untuk Pak Wanto karena beliau akan kembali memandu para peneliti
yang ikut satu perahu dengan kami menuju ke Telogo Lele dengan tujuan
Penelitian tumbuhan.
Setelah tiba di Pantai Sendang
Biru kami langsung ke Pos Ojek yang terletak di dekat parkir mobil. Tarif ojek
untuk ke Pasar Turen mulanya 70 Ribu, tapi kami tawar Rp 60.000 dan si Tukang
ojek setuju. Kami lalu menunggu mereka di depan Pos izin sambil melapor bhwa
kami sudah membawa sampah yang kami buat saat Campign kemarin. Beberapa saat
kemudian 2 orang tukang ojek datang dan
mengantar kami menuju Pasar Turen. Ternyata
jarak dari Pasar Turen menuju Pantai Sendang Biru lumayan jauh juga. Stelah tiba
di Pasar Turen dan belum sempat duduk Bus jurusan Malang-Dampit sudah tiba.
Nantinya kami akan diturunkan di Terminal Gadang. Tarif bus dari Pasar Turen ke
Terminal Gadang Rp.5.000. Setelah sampai di Terminal Gadang kami langsung naik angkot Jurusan
Gadang-Pasar-Arjosari. Sebelum turun dari Bus si kernet sempat memperingati
kami untuk waspada dengan dompet kami karena disana rawan copet. Setelah
menunggu Angkot ngetem beberapa saat dan penumpang sudah penuh angkot mulai
jalan. Angkot empat terkena macet di dalam Kota Malang akibat Truk terguling di
depan. Beberapa saat kemudian kami sudah sampai di Stasiun Malang Kota Baru. Kami
diturunkan di depan Stasiun dengan tarif Rp.5.000 per orang dan barang berat
dengan tambahan Rp.5.000. Kami tiba sangat awal di Stasiun, yaitu sekitar pukul
12.30 Wib. Waktu yang tersisa kami manfaatkan untuk mencari makan di sekitar
Stasiun dan meminjam kamar mandi. Sampai tiba pukul 13.30 kami langsung menuju
ke dalam Stasiun dan menyerahkan tiket kami kepada petugas. Pukul 14.15 Wib KA
Tawang Alun mulai berangkat tepat waktu. Setelah menempuh perjalanan jauh dan
singgah di beberapa Stasiun2 kecil akhirnya kami tiba di Stasiun Banyuwangi
Baru pada Pukul 22.30 Wib, telat beberapa menit dari jadwal tiba. Ternyata KA
Tawang Alun benar2 bagus dan recommended. Kami lalu keluar Stasiun menuju
dagang nasi tempat kami biasa makan sebelum menyebrang ke Bali. Kira2 pukul
24.00 Wib kami melanjutkan perjalanan ke Loket untuk menyebrang ke Bali. Ternyata
cuaca belum normal. Saat kami menyebrang arus Laut di Selat Bali masih keras,
membuat Kapal yang kami tumpangi sedikit oleng.
Day-4 (Senin, 29 Juli 2013)
Pukul 2.00 Wita dinihari kami
tiba di Pelabuhan Gilimanuk, Bali. Kami langsung menuju ke Terminal bus yang
letaknya tidak jauh dari Pelabuhan. Setelah melewati pos pemeriksaan sebelumnya
kami akhirnya sampai di Terminal Gilimanuk. Bus menuju ke Terminal Ubung,
Denpasar tersedia 24 Jam disini. Setelah ke toilet dan minum kopi sebentar
kondektur Bus langsung memanggil kami untuk segera berangkat karena penumpang
sudah lumayan banyak. Tidak ada yang menarik selama perjalan pulang. Sebagian besar
waktu kami habiskan untuk tidur. Pukul 6.00 Wita kami tiba di Terminal Ubung,
Denpasar. Disini kami berpisah diantar tukang ojek yang sudah mengerubungi
sejak turun dari bus ke rumah kami masing2 dengan ongkos Rp.25.000 ke daerah
Imam Bonjol dan Sesetan.
Rincian Cost Backpacker dari Bali ke Pulau Sempu :
-Bus Denpasar Gilimanuk : Rp 30.000
- Tarif menyebrang ke
Ketapang : Rp 6.500
- Becak ke Terminal Sri Tanjung : Rp 10.000
-Tiket KA Tawang Alun BWB-MLG
(PP) : Rp 100.000
- Angkot Stasiun ke Terminal
Gadang : Rp. 10.000 (plus barang
bawaan)
- Angkot Stasiun Gadang ke Turen : Rp 7.000
-Angkot Pasar Turen ke Sendang
Biru : Rp 50.000
-Izin + Pemandu : Rp 115.000
- Sewa Perahu PP (Rp 100.000 : 2
Org ) : Rp 100.000
- Ojek Sendang Biru ke Pasar
Turen : Rp 60.000
- Bus Pasar Turen ke Term. Gadang
: Rp 5.000
- Angkot Term. Gadang ke Stasiun
Malang : Rp 10.000 ( plus barang bawaan)
- Tarif menyebrang ke Gilimanuk : Rp 6.500
- Bus Gilimanuk ke Terminal Ubung
: Rp 30.000
- Ojek ke rumah masing2 : Rp 25.000
TOTAL : Rp 565.000 ( Belum termasuk makan dan sewa toilet )